Masyarakat Kesal akibat Lampu Sering Mati, PLN Salakan Enggan Berkomentar
Selain mencibir di media sosial, masyarakat juga meluapkan kekesalan mereka lantaran lampu sering mati secara tiba-tiba, tanpa pemberitahuan dari pihak petugas PLN Salakan.
Akibatnya, sejumlah peralatan elektronik kebutuhan rumah tangga mereka banyak mengalami kerusakan. Selain itu, para pengusaha yang jenis usahanya bergantung pada sumber daya listrik, juga ikut terkena imbas atas sering matinya lampu tersebut.
Darwin, masyarakat desa Kalumbatan, kecamatan Totikum Selatan, mengatakan, PLN Salakan harus bertanggungjawab atas kerugian yang dialami masyarakat akibat sistim pelayanan listrik yang belum maksimal.
“Semuanya rusak ! Siapa yang bertanggung jawab? Adakah PLN?
Nah ini alat kebutuhan rumah tangga kami rusak, tidak satu pun dari pihak terkait yang mempertanggungjawabkannya,” ujar Darwin, Kamis (13/4/2023) malam, di group WhatsApp Bangkeppos.
Darwin mengaku sangat kesal, lantaran pelayanan PLN di Bangkep dinilainya masih jauh dari harapan.
“Jika masyarakat dapat los strum, malah dikenakan denda. Sekarang giliran mati lampu, PLN-nya seperti orang yang tak punya dosa,” kesalnya.
Senada dengan Darwin, Randi dan Yandi warga desa Kalumbatan juga angkat bicara. Randi mengatakan, selain permasalahan air bersih disana, listrik juga salah satu sumber kehidupan yang paling urgent dan tidak boleh disepelekan.
“Kami ini sebagai wirausaha kecil-kecilan sangat bergantung sekali dengan sumber daya listrik. Jadi coba minta tolong bantu dipikirkan sama-sama, karena semua masyarakat ikut merasakan efeknya,” ungkap Randi.
Kekesalan yang sama juga disampaikan Yandi. Gara-gara listrik sering mati, peralatan elektronik berupa usaha rental play station di rumahnya mengalami kerusakan.
“Saya tidak tau harus bagaimana lagi, gara-gara listrik yang mati menyala, imbasnya power supply play station di rentalnya saya jadi rusak,” ucapnya.
Menurut Yandi, peristiwa pemadaman lampu secara bergiliran di desa Kalumbatan, hampir setiap tahun terjadi, dan selalu bertepatan di bulan ramadhan.
“Sama dengan tahun lalu, pas mo buka puasa kue belum sampe masuk di mulut, listrik sudah mati. Jadi tinggal tahan-tahan emosi,” kisahnya.
“Tiap tahun begini terus asal sudah masuk bulan ramadhan rajin sekali lampu mati. Tapi, kalau bulan-bulan lain, justru aman-aman saja. Jadi kami masyarakat harus berbuat apa,” sambungnya.
Kalau listriknya padam malam hari dengan alasan defisit daya, kata Yandi, itu mungkin masih bisa masuk akal. Karena malam hari banyak beban.
“Tapi kalau padam di siang hari, apanya yang defisit? Mohon penjelasannya,” ucapnya.
Kekesalan Yandi pun semakin bertambah, saat proses asistensi APBDes Kalumbatan di kecamatan tadi siang menjadi terhambat, gara-gara mati lampu.
“Tadi jadwal asistensi APBDes di kecamatan batal, gara-gara lampu mati sehingga tidak bisa presentase. Akhirnya terhambat proses asistensi. Besok kalau mati lagi, terserah saja, tinggal saya baca doa dan shalat hajat,” sindirnya.
“Saya juga heran, setiap bulan ramadhan selalu ada giliran. Bahkan, sejak tahun-tahun kemarin. Ada apa ini sebenarnya? Nanti di bulan Ramadhan baru banyak alasan; masih dalam perbaikan, pohon tumbang dan macam-macam,” sambung Darwin dan mengakhiri komentarnya.
Di waktu yang sama, salah seorang Aktivis di Bangkep, Fahmi Hambali, kembali mengingatkan soal seruan aksi jihad kepada pihak PLN Salakan. Menurutnya, seruan itu bakal direalisasikannya.
“Serangkaian dengan seruan jihad yang kami sampaikan, tetap akan kami realisasikan bilamana PLN ingkar janji,” tegasnya.
Fahmi mengaku, sudah menerima klarifikasi langsung dari pihak PLN terkait fenomena pemadaman listrik di bulan ramadhan ini.
“Yang intinya menjelaskan mesin pembangkit sedang mengalami kerusakan. Dan pihak PLN berjanji dalam waktu dekat mesin sudah selesai diperbaiki,” ujarnya.
Selain mengingatkan soal seruan jihad, Fahmi juga akan berencana melayangkan surat ke PLN Suluttenggo untuk mengganti kepala PLN Salakan, bilamana krisis listrik ini tidak segera terselesaikan.
“Sudah cukup lama rakyat bersabar hidup dibawah bayang-bayang kegelapan setiap malamnya,” tandasnya.
Belum berselang lama diperbincangkan di media sosial, lampu di wilayah kecamatan Totikum dan Totikum Selatan kembali mati menjelang makan sahur, termasuk di desa Bongganan dalam kota Salakan.
“Sudah mati lampu lagi. Dimana kantor PLN. Kayanya bagus ba sahur disana,” sindir Haerullah, seorang warga di kecamatan Totikum.
Sementara itu, petugas PLN Salakan, Dg. Adi, dikonfirmasi wartawan media ini, Kamis malam (14/4/2023) sekira pukul 12. 40 wita, belum memberikan komentar. Dan hingga berita ini ditayangkan, kondisi lampu di desa Bongganan dan wilayah lain masih belum menyala. (ir)