Tak Bisa jawab Berita Soal Dirinya Diduga Korupsi, Sekretaris Kwarda Mute Nyeleneh Dengan Memeh Gamparan Sendal Jepit
Bangkeppos.com, PALU- Kasus dugaan korupsi Donasi Suzuki untuk korban Gempa Palu yang melibatkan Sekretaris Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Sulawesi Tengah (Sulteng), Dr. Muzakir Tawil alias Mute terus menuai reaksi berbagai pihak.
Jika pada berita sebelumnya dua anggota DPRD Sulteng, Zainal Daud dan ketua Komisi Keuangan, Yus Mangun berikan tanggapan atas kasus Mute itu, kali ini sorotan muncul dari salah seorang praktisi hukum dari Untad yang tak sedia sebutkan nama.
Sorotan praktisi hukum ini terlontar menyusul terduga Korupsi Donasi Suzuki di Kas uang Kwarda itu memposting stike-stiker memeh tak bermutu dan jorok ke Grup WA Pramuka Akal Sehat, antara lain gambar wajah orang sedang ditempeli sandal jepit, disertai tulisan PLAAK.
Hal ini Mute lakukan ketika salah seorang anggota Grup komentari beritanya, sambil pertanyakan identitas pihak Suzuki dan keberadaan 6 sekolah dan yang ditutupinya itu.
Tak pelak lagi, postingan memeh sandal jepit Mute itu langsung menuai komentar dan tertawaan. Sikapnya yang demikian, kata seorang praktisi hukum tadi, menggambarkan Mute sudah kalap, bingung.
“Dia (Mute, Red) mau bilang apa lagi, beritanya akurat dan miliki bukti, sementara dia tidak bisa membantah bukti itu hahaha,” ujar itu sambil tertawa.
Cara dia menjawab pertanyaan dengan gerak geriknya yang terbata bata, tambah praktisi hukum itu usai membaca berita Mute, ini sudah menunjukkan bahwa dia salah.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Mute mengatakan Suzuki mentransfer Donasi (Sumbangan) ke Rekening Kwartir Daerah sebesar Rp 300 juta sekian untuk korban Gempa Palu pada September 2018 lalu.
Lantas, dengan tidak menyebut nominalnya, selisih dari Rp 300 juta itu, kata Mute ditarik kembali pihak Suzuki. Dan terakhir diketahui selisih donasi yang enggan disebut nominalnya itu sebesar Rp 68 juta lebih.
Hal lain disebut Mute diberita itu ialah donasi Suzuki yang sudah ditransfer ke Rekening Kwarda diambil lagi sebesar Rp 80 juta untuk operasional tamu Suzuki dari Jakarta, seperti sewa mobil, makan minum, dan sebagian digunakan membeli laptop seharga Rp 35 juta.
Diberita ke tiga tersebut, Sekretaris Kwarda Muzaki Tawil pula menyatakan donasi Suzuki yang Rp 200 juta disalurkan sendiri oleh pihak Suzuki ke 10 sekolah, dengan rincian Rp 20 juta per sekolah.
Dari 10 sekolah yang dipaparkan Mute dalam beritanya, 6 diantara tidak disebutkan nama dan alamatnya. Sementara empat (4) sekolah lainnya, tiga (3) diantaranya bermasalah penyalurannya, yakni SDN 2 Besusu, SDN 26 Palu dan SDN Inpres Silae.
Bagaimana tidak, seperti diakui kepala SDN 2 Besusu, Amiatin yang dijatah Rp 10 juta, realisasinya Rp 14 juta, kepala SDN 26 Palu, Nurmiati harusnya mendapat Rp 20 juta ternyata hanya Rp 6 juta, dan Roni kepala SDN Inpres Silae sedianya mendapat Rp 20 juta, faktanya nihil. Sehingga, dari tiga sekolah yang bermasalah tersebut, sebanyak Rp 30 juta Donasi Suzuki dinyatakan tidak sampai.
Perhatian mendasar dari berita dugaan korupsi donasi Suzuki oleh Sekretaris Kwarda Mute ini ialah ketidakmauan Mute membuka identitas Suzuki yang disebutnya sebagai pihak yang menarik selisih donasi Rp 68 juta, menggunakan donasi Rp 80 juta untuk operasional, dan menyalurkan sumbangan Rp 200 juta ke 10 sekolah. Dari 10 sekolah ini pun hanya 4 sekolah saja yang disebutkan namanya oleh Mute.
Sebelum berita ini tayang, awak media kembali minta Mute agar membuka akses konfirmasi ke pihak Suzuki, dan menyebut 6 nama sekolah lainnya, namun Mute lagi-lagi bungkam. (tim)