Peran PELNI Dalam Konektivitas Angkutan Laut di Indonesia, Strategi PELNI dan Inovasi Dalam Meningkatkan Konektivitas
Oleh: WIRFAN MAJIRUNG, Wartawan Bangkeppos.com
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)- PELNI sebagai Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang transportasi laut, hingga kini masih terus optimis meningkatkan kinerjanya dengan baik sesuai target perusahaan.
Perusahaan yang selama ini dikenal dengan angkutan laut nasional itu, kini terus berkomitmen dalam melayani penumpang antar pulau di seluruh Indonesia.
Dengan harapan; visi PELNI menjadi perusahaan pelayaran dan logistik maritim terkemuka di Asia Tenggara, dapat segera terwujud.
Sesuai data, PT. PELNI hingga saat ini telah berhasil mengoperasikan sebanyak 26 kapal penumpang dan menyinggahi 83 pelabuhan serta melayani 1.100 ruas di Indonesia.
Selain angkutan penumpang, PELNI juga sudah melayani 45 trayek kapal perintis yang menjadi sarana aksesibilitas bagi mobilitas penduduk di daerah terpencil, terluar, tertinggal dan perbatasan (T3P), dimana kapal perintis menyinggahi 275 pelabuhan dengan 3.739 ruas.
Dari sisi kontainer dengan kapal penumpang dan kapal barangnya, PELNI telah mengangkut total sebesar 4.104 TEUs.
Lalu, bagaimana agar PELNI bisa mencapai visi pelayaran dan logistik maritim terkemuka di Asia Tenggara tersebut?
PELNI sendiri telah menyiapkan langkah strategis. Salah satunya ialah, dengan mengembangkan portofolio bisnis utama PELNI pada bisnis pelayaran penumpang, pelayaran barang dan logistik.
Bahkan, ditengah masa pandemi covid-19 ini, Perusahaan tetap konsisten beroperasi melayani kebutuhan konektivitas penumpang dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat yang dimulai dari pre onboard, on board dan pasca onboard.
Sebagai negara maritim yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas, Indonesia membutuhkan platform yang dapat menghubungkan seluruh wilayahnya dalam satu konektivitas.
Satu-satunya cara ialah; pemerintah harus fokus dan terus membangun konektivitas transportasi laut, terutama di wilayah bagian Indonesia Timur.
Karena bisa dibilang hampir 90 persen angkutan kargo diangkut melalui jalur transportasi laut dan berlayar melewati wilayah Indonesia.
Upaya lainnya; dengan menyiapkan langkah-langkah dalam membangun konektivitas transportasi laut, agar lebih kompetitif dan terintegrasi.
Sebab dengan adanya sistim layanan dan konektivitas transportasi yang memadai, seperti inaportnet, e-ticketing dan gate, tentu akan dapat meningkatkan devisa dan pendapatan negara.
Termasuk mempermudah alur distribusi barang dan jasa. Sehingga masyarakat dan pelaku usaha lebih mudah mendistribusikan barang dan jasa secara efektif dan efisien.
Program Tol Laut yang dilakukan oleh pemerintah sudah berjalan hampir 5 tahun.
Beberapa capaian berupa terciptanya konektivitas baru pada daerah terpencil, terluar, tertinggal dan perbatasan, yang dibuktikan dengan jumlah pelabuhan singgah, juga semakin bertambah.
Meskipun memang faktanya terjadi penurunan disparitas harga di beberapa daerah. Namun masih banyak yang harus diperbaiki dan ditingkatkan pada program tol laut ini ke depan.
Karena salah satu tujuan dari pembangunan tol laut adalah: untuk mengatasi masalah disparitas atau perbedaan harga barang antara satu wilayah dengan wilayah lain.
Jadi, konektivitas transportasi yang baik dapat melancarkan arus pergerakan manusia, dan distribusi logistik ke seluruh wilayah Indonesia sampai ke daerah terpencil, terluar, tertinggal dan perbatasan (3TP) Indonesia dengan baik.
Tetapi sekali lagi, untuk meningkatkan konektivitas ini, tentunya dibutuhkan sumber daya mulai dari manusianya, serta sarana dan prasarana pendukung pelabuhan serta kapal.
Pada sisi yang lain, perlu adanya pendanaan dari pemerintah maupun swasta, untuk membangun transportasi laut dan pelabuhan umum sebagai sarana pendukung konektivitas angkutan laut. Agar supaya lebih kompetitif dan menjadi lebih baik.
Sebab dengan begitu, akan ada pemerataan yang membuat seluruh wilayah Indonesia bisa menikmati aksesibilitas melalui jalur laut.
Menurut hemat penulis, ada tiga aspek yang ingin dicapai dalam program tol laut yakni; ketersediaan (Availability), kemudahan akses konektivitas pengiriman (Accessibility), dan disparitas harga barang kebutuhan yang lebih terjangkau oleh masyarakat (Affordability).
Untuk itulah Presiden Joko Widodo memiliki visi untuk menyambungkan seluruh Indonesia dalam satu kesatuan melalui tol laut.
Tetapi evaluasi yang banyak dilakukan berbagai instansi, lembaga dan stakeholder, justru masih menemukan bahwa program tol laut belum mampu menurunkan disparitas harga di wilayah-wilayah yang lokasinya jauh dari pelabuhan, karena masih diperlukan moda lanjutan untuk menuju lokasi penerima barang.
Jadi pembangunan tol laut yang selama ini dilakukan, nampaknya belum mampu membangkitkan industri daerah untuk dapat menjual hasil daerah dalam jumlah yang lebih besar.
Contohnya; produk perikanan yang selama ini menjadi komoditi terbesar yang dihasilkan oleh wilayah Indonesia Timur, sejatinya ini masih perlu disupport dengan efisiensi logistik. Karena biaya pengiriman masih terbilang cukup tinggi.
Jika biaya transportasi dapat terus ditekan, harga barang menjadi lebih efisien, dan masyarakat akan mendapatkan harga yang lebih baik, serta pengusaha tetap mendapatkan keuntungan tanpa harus menaikan harga barang yang terlalu tinggi untuk menutupi biaya transportasi.
Oleh karena itu, pemerintah sekali lagi perlu melakukan kolaborasi dan integrasi dengan PELNI dalam membangun sistem dan konektivitas transportasi, tidak hanya secara fisik infrastrukturnya, tetapi juga integrasi teknologi dengan melakukan digitalisasi sistem, baik perizinan maupun pelayanan lainnya, untuk mensukseskan program konektivitas tol laut. (*)