Desember 2021, Inflasi Kota Salakan Naik 0,71 Persen, Ini Harapan Sekda Bangkep ke Sejumlah OPD

0

Sekda Bangkep Rusli Moidady saat diwawancarai wartawan media ini, Selasa (18/1/2022) tadi siang, di Kantor Bupati Bangkep, usai memimpin rapat inflasi daerah bersama sejumlah OPD teknis Kabupaten Bangkep. (Foto: video hasil tangkap layar)

Bangkeppos.com, SALAKAN- Bagian Perekonomian Sekertaris Daerah (Setda) Kabupaten Bangkep mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Salakan mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen, dari 106,62 pada Bulan November 2021 menjadi 107,37 pada Desember 2021.

Kabag Ekonomi Setda Kabupaten Bangkep, Muh. Gurdi, menjelaskan, kenaikan tersebut dipengaruhi oleh naiknya indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,72 persen.

Kabag Ekonomi Setda Kabupaten Bangkep, Moh. Gurdi.

Kenaikan indeks harga pada ketiga kelompok tersebut, lanjut Gurdi, diikuti oleh kelompok transportasi sebesar 0,86 persen.

Lalu, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,60 persen, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,13 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,07 persen.

Sementara itu, indeks harga untuk kelompok yang lainnya secara keseluruhan pada Januari 2022 ini, terpantau belum mengalami perubahan.
“Seperti kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, itu tidak memberikan andil terhadap inflasi,” terangnya, Selasa (18/1/2022) di ruangannya.

Gurdi juga menyebutkan, inflasi tahun ke tahun Kota salakan mencapai 1,84 persen, dengan kenaikan indeks tertinggi terjadi pada kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 2,60 persen.
“Dan tidak terjadi penurunan indeks harga untuk semua kelompok,” katanya.

Di beberapa sektor komoditas lainnya, menurut Gurdi, justru punya andil terhadap inflasi Kota Salakan pada periode yang sama di bulan Desember 2021 lalu.
“Diantaranya, bahan minyak goreng (0,16 persen), ikan selar (0,13 persen), ikan cakalang (0,12 persen), ikan malalugis (0,09 persen), cabai rawit (0,08 persen), bensin (0,08 persen), ikan bubara (0,06 persen), pisang (0,05 persen), ikan kembung (0,05 persen), serta cabai merah (0,04 persen),” rincinya.

Sedangkan, beberapa komoditas yang memiliki andil negatif terhadap inflasi, antara lain, kangkung (0,11 persen), beras (0,06 persen), daging ayam ras (0,06 persen), tempe (0,04 persen), bawang merah (0,03 persen), terong (0,03 persen), bunga pepaya (0,03 persen), kacang panjang (0,02 persen), sawi hijau (0,02 persen), dan jagung manis (0,01 persen).

Mengacu dari data tersebut, Sekretaris Daerah Kabupaten Bangkep Rusli Moidady, berharap kepada seluruh OPD di Bangkep, betul-betul fokus memberikan data pendukung, saran dan masukan, dalam rangka pengembalian inflasi daerah kabupaten Banggai kepulauan.
“Data itu nantinya akan disuplay ke provinisi, termasuk ke pemerintah pusat,” ujar Sekda usai memimpin rapat inflasi daerah bersama para OPD teknis, di ruang rapat kantor bupati, Selasa (18/1/2022) tadi siang.

Sekda menilai, masing-masing OPD punya kontribusi tehadap persoalan inflasi itu sendiri.
“Misalnya, Dinas Ketahanan Pangan. OPD ini harus bisa memastikan stok pangan lokal tetap tersedia, mudah terjangkau dan pendistribusiannya merata ke masyarakat,” ungkapnya.

Selain itu, kata dia, beberapa OPD lain juga ikut dilibatkan, sesuai prioritas program kerjanya untuk tiga tahun ke depan, di 2022 ini hingga 2024.
“Seperti, dinas perhubungan. Bagiamana memikirkan pendistribusian dan suplai bahan pangan antar wilayah, misalnya dari Luwuk ke Bangkep. Dan dari Ibukota Salakan, kemudian menuju ke desa-desa. Begitu pula dengan dinas-dinas yang lainnya,” terangnya.

Persoalan yang paling mendasar, menurut Sekda ialah, ketersedian stok pangan lokal: seperti ubi banggai dan beras.
“Jadi masalah disparitas harga, itu juga harus bisa terpantau. Agar tidak mengalami kenaikan daya jual di pasaran,” tandasnya. (ir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!