HUT Banggai Kepulauan : Sejarah, Potensi, dan Harapan
Di wilayah itulah untuk pertama kali dibentuk zaman kerajaan kuno dengan sebutan lipu babasal yang dijuluki Lipu Tumbe atau Negri Pertama, atau tempat permulaan.
Di Banggai kepulauan pernah terjadi sebuah peristiwa penting dimasa lalu. Sejarah Indonesia mencatat bahwasanya di lokasi ini atau persisinya di perairan Teluk Bakalan Pulau Peling Kabupaten Banggai Kepulauan terjadi peristiwa penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Hampir seluruh kekuatan pasukan bersenjata yang dimiliki Republik Indonesia pada tahun 1962 di pusatkan di perairan Teluk Bakalan dalam rangka persiapan untuk membebaskan wilayah Irian Barat.
Di tempat ini pernah dijadikan pemusatan kekuatan terbesar dalam sejarah TNI dalam rangka melaksanakan tugas Operasi Trikora Jayawijaya yang menjadi bagian dari Komando Mandala yang dipimpin Mayjen Soeharto yang kemudian hari menjadi Presiden RI.
Untuk mengenang sebuah peristiwa tersebut dibangunlah sebuah monumen Trikora Jayawiaya yang kemudian di kenal dengan tugu Trikora di Salakan.
Moumen Trikora berdiri kokoh di puncak bukit kota salakan. Monumen setinggi 17 meter yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 12 Agustus 1995 ini, dibangun persis menghadap Teluk Ambelang dan Pulau Bakalan, di kaki bukit terdapat prasasti dengan ucapan terimakasih dari masyarakat tinangkung kepada Presiden RI kedua Soeharto.
Di atas tugu merupakan merupakan lingkarang-lingkaran yang berteras menyatu dengan alam sekitarnya, memancarkan kegiatan nyata usaha pembangunan yang mengacu kepada kelestarian dan keseimbangan, menghadap tugu trikora, sebuah halaman kecil sebagai tempat mengenang peristiwa masa lalu.
Sejarah panjang banggai kepulauan melahirkan daerah otonomi baru pada tanggal 3 November 1999 berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan kabupaten Buol, Morowali da Banggai Kepulauan yang diresmikan pada tanggal 3 November 1999 termasuk sarana dan prasarana kelembagaan yang dipisahkan dari kabupaten induk (kabupaten Banggai).
Banggai kepulauan yang akan merayakan hari jadi ditanggal 3 November 2022, sebagai daerah otonom, yang sudah berumur 23 tahun, mempunyai potensi sumber daya alam yang memadai, mulai dari sektor pertanian, sektor perikanan dan kelautan, serta sektor pariwista, seharusnya menjadi solusi bagi pemerintah daerah untuk menunjang kesejahteraan Masyarakat.
Potensi-potensi sumber daya alam yang mumpuni disemua sektor seharusnya menjadi cikal bakal meningkatnya kesejahteraan masyarakat, dengan sumber daya alam yang memadai menjadi modal penting pembangunan banggai kepulauan dimasa depan.
Kenyataan hari ini, kesejahteraan, kebutuhan sandang, pangan papan, pendidikan, pelayan kesehatan dan lain-lain masi sebatas anga-angan dan hanyalah menjadi narasi retorika belaka para kaum elit untuk mencapai hasrat ingin menguasai.
Peralihan kepemimpinan setiap lima tahunan seharusnya mampu mengembangkan segala potensi yang ada.
Perayaan hari jadi banggai kepualaun masih terjebak pada hal-hal seremonial semata, belum terfokus pada hal-hal yang substantif untuk mengangkat potensi-potensi sebuah daerah, pemerintah daerah dan masyarakat kita masih terjebak pada hal-hal yang hanya menjadi acara seremoni, yang setelah itu akan hilang dan tidak terarah.
Harapan masyarakat kepada pemerintah daerah agar terpenuhinya kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, memperoleh pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan secara layak serta terbukanya kesempatan kerja yang luas dan menyerap tenaga kerja dengan penghasilan yang memadai, harsu benar-benar diseriusi oleh pemerintah daerah saat ini.
Banggai kepulauan di usia 23 tahun, harus menjadi refleksi agar masyarakat tidak terbuai dengan narasi-narasi retorik kaum elit semata. Masyarakat sudah harus berfikir dan bertindak, agar kedepan daerah ini tidak hanya menjadi pemuas kaum elit, tetapi seharusnya mampu menyelesaikan masalah-masalah dasar masyarakat. (*)
Penulis : Muh. Haerulla A. Aman, SH, MH.