18 April 2025

Potret 2 Tahun Pelindo Pasca Penggabungan

Satu-satunya palabuhan rakyat di kota Salakan, kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Nampak salah satu kapal penumpang penyeberangan dari Luwuk-Salakan tengah bersandar di pelabuhan Salakan usai menurunkan penumpangnya. (Dok. Bangkeppos).

Oleh : WIRFAN MAJIRUNG, MEDIA BANGKEPPOS. (082296983675)

Bangkeppos.com, BANGGAI KEPULAUAN,- Menandai dua tahun perjalanan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) pasca penggabungan awal Oktober 2021 lalu, terbukti mampu mendongkrak tajam posisi BUMN pelabuhan tersebut menjadi operator terminal petikemas terbesar nomor delapan di dunia, dengan total throughput peti kemas sebesar 16,7 juta.

Itu tentu memberikan semacam optimisme kepada masyarakat Indonesia, bahwa kepelabuhanan nasional akan terus tumbuh dan bisa bersaing dengan pemain besar pelabuhan dunia.

Tak bisa dipungkiri, sebelum dimerger, image layanan Pelindo punya segudang citra negatif. Mulai dari soal biaya logistik yang mahal, bahkan sampai pada biaya siluman.

Sebelumnya empat Pelindo yang terbagi dalam beberapa wilayah dibentuk untuk mengelola pelabuhan Indonesia.

Misalnya, Pelindo I mengelola pelabuhan di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, serta Kepulauan Riau.

Pelindo II mengelola pelabuhan pada 10 provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, serta Kalimantan Barat.

Pelindo III mengelola pelabuhan pada 7 provinsi: Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, NTB dan NTT.

Pelindo IV mengelola pelabuhan pada 11 provinsi yaitu; Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat yang masing-masing memiliki visi, misi serta kebijakan yang berbeda.

Dan dalam pengelolaannya, Pelindo I-IV memiliki kapabilitas dan keuangan yang berbeda, yang mempengaruhi kinerja dan menyebabkan ketidakefisienan di pelabuhan.

Hal inilah yang melatarbelakangi bergabungnya Pelindo I-IV dengan satu kebijakan dan satu visi misi menjadi Pelindo.

Lewat langkah penggabungan itu, streotipe negatif tadi akhirnya terbantahkan. Pelindo kini sukses menunjukkan segudang prestasinya dalam perjalanan dua tahun pascamerger 1 Oktober 2021 silam.

Keberhasilan Pelindo tidak hanya disoal peningkatan kekuatan operasional, finansial, dan SDM. Tapi lebih dari itu, pelindo juga berhasil meningkatkan sinergisitas antarpelabuhan, jaringan pelayaran terintegrasi, dan peningkatan konektivitas hinterland yang mendorong efisiensi rantai, serta mampu mengurangi biaya logistik.

Dulu, biaya logistik Indonesia tingginya “minta ampun” dibanding dengan negara lain. Akibatnya, biaya yang timbul tidak efisien dan justru menjadi beban lebih bagi dunia usaha.

Lalu, bagaimana strategi Indonesia meminimalisir hal itu? Maka dibangunlah infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, bandara dan lain-lain. Sebab kita ingin barang-barang kita bisa bersaing dengan negara lain.

Dalam perjalanannya dua tahun pasca penggabungan, Pelindo lalu mengorbitkan sistem operasi pelabuhan peti kemas terintegrasi, yang disebut Terminal Operating System (TOS) Nusantara.

Sistim TOS Nusantara ini digunakan untuk merancang, mengendalikan, memantau, dan membuat laporan seluruh aktivitas pelabuhan seperti bongkar muat, penumpukan, relokasi, serta pengaturan gerbang (gate in – gate out). 

Alhasil, berkat penerapan sistim itu, produktivitas operasional Pelindo mulai tampak menggembirakan. Prestasi dan kinerja perseroan tahun 2022, khususnya pada arus peti kemas naik sebesar 2 persen dibanding tahun sebelumnya.

Sedangkan, untuk arus barang, naik sekitar 9 persen di tahun yang sama. Sementara, arus penumpang berhasil tembus 15 juta orang dengan kenaikan 86 persen dibandingkan periode yang sama. Raihan prestasi itu lantas tidak menjadikannya besar kepala.

Program merger Pelindo kian hari menunjukkan progressnya. Meskipun, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Tapi paling tidak, citra negatif Pelindo tadi, bisa terjawab hari ini.

Buktinya, program paska merger Pelindo pada 2023 ini banyak membawa manfaat besar bagi perekonomian nasional. Itu disebabkan adanya sistim transformasi pelabuhan melalui kegiatan standarisasi dan sistemisasi dalam peningkatan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.

Jadi sekali lagi, merger Pelindo ini sangat memberikan manfaat yang besar sekali bagi masyarakat. Sebab dengan itu, terjadi peningkatan produktivitas dan efisiensi layanan pelabuhan melalui standarisasi dan peningkatan konektivitas pelabuhan melalui hub dan spoke.

Penggabungan Pelindo juga telah menciptakan sinergi antar entitas dalam Pelindo Grup. Sehingga pengelolaan pelabuhan dapat dilakukan secara tersentralisasi dan lebih optimal pada 2023 ini.

Jika mengacu pada apa yang disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir, bahwa kinerja Pelindo pascamerger, justru sangat memberikan peningkatan kontribusi terhadap negara.

Menurut Erick, dalam dua tahun terakhir, konsesi Pelindo mencapai Rp360 miliar pada 2021 dan meningkat menjadi Rp 473 miliar pada 2022.

Sedangkan, lanjut Erick, dividen Pelindo menyentuh angka Rp 1,317 triliun pada 2022 atau naik signifikan dibandingkan 2021 yang sebesar Rp 560 miliar.

“Kalau kita lihat, total kontribusi Pelindo kepada negara selama 2021 hingga 2022 mencapai Rp 6,03 triliun. Angka ini per Oktober 2022, bisa lebih tinggi lagi kalau sudah final. Target kita di 2025 itu mencapai Rp 21 triliun,” tuturnya. (**)

error: Content is protected !!